Minggu, 16 April 2017

SOSIOLOGI UMUM - Ompu Monang Napitupulu Ingin Sederhanakan Budaya Batak & Kehidupan Suku Dayak Kenyah dan Modang Dewasa Ini

Ikhtisar bacaan 1
Iklan yang menyerukan masyarakat Toba dimana pun berada untuk mengusir perusahaan Bona Pangsit ( Bahasa sub etnik Batak Toba untuk menyebut daerah tempat tinggal mereka ) merupakan ide dari Ompu Monanag Napitupulu ( Daniel Napitupulu ) selaku ketua Perbato sejak tahun 1997. Perbato adalah sebuah organisasi kesukuan . Ompu Monang menyatakan pentingnya tiap etnis  di Indonesia punya kesadaran diri untuk menggalang solidaritas kecil yang akhirnya berguna untuk solidaritas di Indonesia.
Suku Batak mengutamakan kehangatan dalam berkeluarga. Dalam segi nama, nama Ompu Monang Napitupulu merupakan nama dari cucunya yakni Monang Napitupulu, begitulah adat Batak. Kehangatan dalam suku Batak bukan hanya itu saja, Jika ada acara perkawinan, selain banyak tertera nama turut mengundang, pada pestanya hampir tiap orang merasa penting dan punya hubungan kekerabatan dengan mempelai. Selain itu, rasa solidaritas,saling empati dan saling bergotong royong antara orang Batak Toba hingga saat ini masih terjalin dengan rapi. Alhasil dengan rasa kekeluargaan yang begitu mendalam banyak membawa berkah bagi suku Batak Toba salah satunya sudah hampir tidak ada orang Batak Toba yang buta huruf sampai saat ini.


Di suatu sisi kekerabatan ini membawa sisi positif, di sisi lainnya juga mendapat sisi negatif yaitu penghamburan uang dan waktu. Dalam sebuah pesta Batak, orang atau kerabat yang hadir akan sangat kesal menunggu sampai selesainya acara keluarga yang sangat bertele tele. Selain itu, pada sebuah upacara perkawinan Batak Toba pasti memberikan sehelai kain ulos kepada mempelai. Tidaklah heran jika mempelai mendapatkan ratusan kain ulos dari acara tersebut. Yang pada akhirya akan dijual kembali. Selain contoh perkawinan, contoh pembangunan makam Batak Toba merupakan ajang gengsi dari kalangan itu yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah yang tidak lain adalah karena persaingan antar gengsi keluarga.
Untuk mengatasi sisi negatif ini, Ompu Monang rela mengorbankan pada pesta perkawinan anak perempuannya yang akan datang, ia melaksanakannya dengan cara efisien dan tidak keluar dari adat Batak. Selain itu, ia juga gencar gencarnya melakukan seminar untuk mengatasi hal itu.

Ikhtisar bacaan 2
            Frenky Raden mempelajari bentuk bentuk kesenian suku Dayak Kenyah dan Modang yang berada di pedalaman Kalimantan Timur. Menurutnya, kesenian dalam masyarakat  Dayak ini tidak bisa dilepaskan dari konteks gerak kehidupan sehari hari. Contohnya dalam bidang ekonomi, sosial, agama, pendidikan dan kesenian sendiri. Daerah pemukiman suku Dayak ini terletak di Kecamatan Ancalong, Kabupaten Kutai dan kota Tenggarong. Daerah ini adalah daerah yang terisolir. Masyarakatnya hidup dalam keutuhan bentuk kebudayaan dan sistem nilai mereka yang asli. Namun setelah masuknya minoritas Belanda yang membawa ajaran Kristiani mulai tumbuh bermacam macam persoalan baru dalam tubuh masyarakat mereka. Misalnya konflik mereka yang pindah ke agama baru dengan mereka yang memeluk kepercayaan lama dan akhirnya terjadi perpecahan antara mereka yakni mereka yang memeluk agama baru mengambil keputusan meninggalkan daerah mereka.
            Di daerahnya yang baru, pendatang ini ternyata bisa menguasai arus perekonomian suku suku Dayak lainnya. Tibanya mereka di dearah baru ini membuka komunikasi langsung dengan kota. Ini merupakan kejutan sosial paling dahsyat sejak mereka keluar dari dearah asalnya. Sektor pertanian adalah sektor utama yang diandalkan oleh suku ini, tetapi dengan keterbatasan transportasi membuat pelamparan hasil pertanian mereka sepenuhnya bergantung pada perahu pedagang dengan tengkulak tengkulak dari kota setempat. Ini membuat penjualan hasil pertanian mereka hanya cukup memenuhi kebutuhan mereka sehari hari. Kondisi perekonomian ini merupakan salah satu faktor paling kuat mengakibatkan kegoncangan kehidupan orang Dayak.
            Kebudayaan dan kesenian mereka pun tidak lolos dari distorsi yang luar biasa. Masuknya bentuk serta sistem nilai kebudayaan bukan saja menimbulkan goncangan seluruh sektor kehidupan budaya mereka sendiri. Fenomena dalam masalah ini adalah musnahnya inti dari mekanisme dari kebudayaan mereka. Akibat dari desentralisasi ini kesenian menjadi terpisah dari kehidupan sehari hari mereka. Dalam peristiwa kesenian diantara mereka terlihat pengkotak kotakan antar generasi tua, muda dan kanak kanak.

            Terciptanya kondisi demikian dalam segala kehidupan suku Dayak yang bermukim di daerah baru ini tidak terlepas dari peranan pemerintah yang menerima dan menganjurkan mereka hidup diwilayahnya. Harapan mereka pindah adalah untuk mendapatkan perhatian pemerintah dengan membangun sarana sarana umum. Memang harapan mereka terkabul, namun akhirnya segala perhatian itu membuat mereka terjebak masalah kehidupan yang lebih rumit.
            Suku Dayak ini merupakan suku tipologi. Mereka datang lengkap dengan roh dan materi kultur tradisi mereka sekaligus. Masalah perbenturan sistem nilai mereka dengan sistem di kota jelas bukan masalah sederhana. Faktor terjahat menimpali kegoncangan dalam kehidupan mereka adalah munculnya penguasa hutan (pemilik HPH) mendadak mengunci hutan untuk daerah peladangan. Ini membuat mereaka pontang panting mencari alternatif baru untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam masyarakat Dayak, tanggalnya sebuah roda kehidupan yang menggerakkan seluruh sistem nilai mereka titik awal munculnya khaos. Dari sini jelas pemiskinan yang meraka alami adalah proses pemiskinan nilai secara kesluruhan di tiap sisi kehidupan.
            Masalah yang dihadapi suku Dayak ini sebenarnya masalah miniatur yang terjadi di Indonesia. Dimana masuknya kebudayaan barat membuat tiba tiba kesadaran kita untuk melihat masalah dalam konteks kemiskinan. Reaksi dari keterkejutan ini adalah lekas lekas menjual apa yang mungkin laku dari kekayaan bumi kita. Apa yang terjadi pada Negara kita persis yang terjadi pada suku Dayak itu.

            Terciptanya semua masalah itu, baik yang terjadi secara mikro di desa desa Kalimantan maupun yang terjadi secara makro di Negara ini membuktikan bahwa masyarakat kita, baik yang tinggal di desa maupun di kota, baik rang orang yang biasa maupun orang orang intelektual sebenarnya masih berada dalam kondisi yang arkhanis, tidak ada superior antara satu dengan yang lainnya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification
Downloaded from Free Templates